Back

Kurs Rupiah Indonesia Menguat terhadap Dolar AS di 16.650-an, Tunggu PDB dan PCE AS

  • Kurs Rupiah menguat terhadap Dolar AS, bergerak di sekitar 16.648, didorong oleh arus modal asing yang masuk ke pasar saham dan surat utang negara.
  • Indeks Kepercayaan Konsumen AS turun ke 86,0 pada April, kekhawatiran resesi yang semakin dalam, sementara hubungan dagang AS-Tiongkok menekan Dolar AS.
  • Fokus para investor akan tertuju pada data PDB dan PCE AS yang dirilis di sesi Amerika pukul 12:30 GMT (19:30 WIB).

Kurs Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika Serikat (USD/IDR) menguat pada perdagangan sesi Asia siang ini, bergerak di sekitar level 16.648. Rupiah berhasil menembus batas bawah kisaran yang diprakirakan kemarin antara 16.860-16.900, didorong oleh arus modal asing yang mulai menunjukkan tanda-tanda masuk ke pasar saham dan surat utang negara.

Di pasar obligasi, imbal hasil Obligasi Indonesia bertenor 10 tahun tercatat naik ke level 6,979, sementara imbal hasil obligasi tenor 5 tahun turun menjadi 6,706. Penurunan imbal hasil ini seiring dengan meningkatnya aksi beli dari investor lokal yang memanfaatkan kondisi pasar untuk menambah portofolio mereka di instrumen pendapatan tetap.

Obligasi pemerintah dengan tenor lebih panjang, seperti 15 hingga 30 tahun, tetap stabil di kisaran yield 7,00% hingga 7,04%, menunjukkan bahwa pelaku pasar masih bersikap hati-hati di tengah dinamika eksternal yang belum menentu.

Sementara itu, Dolar AS tampak pulih dari pelemahan sebelumnya dengan mencatatkan penguatan terbatas selama dua hari terakhir, namun tetap bergerak di bawah level psikologis 100, saat ini diperdagangkan di 99,30.

Data Lowongan Pekerjaan JOLTS dan Indeks Kepercayaan Konsumen AS Memburuk

Data lowongan pekerjaan JOLTS untuk bulan Maret menunjukkan pelemahan, dengan total posisi yang dibuka hanya 7,19 juta, di bawah ekspektasi 7,5 juta, dan turun dari 7,48 juta pada periode sebelumnya. Angka ini mengindikasikan adanya kemungkinan perlambatan dalam perekrutan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board AS tercatat mengalami penurunan signifikan pada bulan April, turun menjadi 86,0, yang merupakan angka terendah sejak April 2020. Penurunan ini terutama terlihat pada Indeks Ekspektasi, yang merosot ke level 54,4, terendah sejak 2011, menunjukkan kekhawatiran akan kemungkinan resesi. Stephanie Guichard, Ekonom Senior Conference Board, menyatakan bahwa pesimisme konsumen semakin dalam, mencakup pandangan negatif terhadap kondisi bisnis, prospek pasar tenaga kerja, dan pendapatan di masa mendatang.

Hubungan Dagang antara AS dan Tiongkok masih Memanas

Di sisi lain, hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok kembali memberikan tekanan terhadap Dolar AS. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa pihak Beijing memiliki tanggung jawab untuk meredakan ketegangan yang terjadi, dengan menyoroti ketimpangan perdagangan yang signifikan antara kedua negara. Dalam wawancara dengan CNBC, Bessent mengatakan, "Saya percaya Tiongkok harus mengambil langkah untuk meredakan ketegangan, karena mereka menjual lima kali lebih banyak kepada kami dibandingkan yang kami jual kepada mereka."

Presiden Trump mengklaim bahwa negosiasi dagang dengan Tiongkok sedang berlangsung aktif, meskipun pejabat Tiongkok secara terbuka membantah adanya perundingan aktif. Saat ditanya, Trump menghindari menyebut siapa yang terlibat dalam pertemuan tersebut, hanya menyatakan bahwa pertemuan telah terjadi. Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan rebalancing perdagangan dengan Tiongkok bisa memakan waktu dua hingga tiga tahun. Ketidaksesuaian pernyataan ini menyoroti kebingungan dan kurangnya transparansi dalam negosiasi yang disebut-sebut masih jauh dari kesepakatan.

Pasar Menantikan Data PDB dan PCE AS Malam Ini

Pasar keuangan berada dalam kondisi siaga menjelang rilis data awal Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal pertama yang dijadwalkan pada hari Rabu. Data ini sangat ditunggu-tunggu karena mencakup proyeksi pertumbuhan ekonomi, indikator inflasi utama (PCE), dan deflator PDB. Rilis data ini menjadi penting karena investor mencari sinyal dampak awal dari tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.

The Fed sebelumnya menyampaikan pandangan yang beragam dalam proyeksi ekonomi Maret, dengan penurunan estimasi pertumbuhan ekonomi 2025 namun ekspektasi inflasi yang sedikit meningkat. Di sisi lain, model GDPNow dari Federal Reserve Atlanta memprakirakan kontraksi tajam sebesar 2,7% untuk PDB kuartal I, yang semakin memperkuat kekhawatiran pasar terhadap potensi melambatnya ekonomi AS.

Jika data PDB yang dirilis lebih baik dari prakiraan, hal ini dapat meredakan kekhawatiran pasar terkait stagflasi dan memberikan sedikit jeda bagi Dolar AS yang sedang menghadapi tekanan.

Fokus juga akan tertuju  ke laporan Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) Inti AS untuk bulan Maret.

Indikator Ekonomi

Produk Domestik Bruto Disetahunkan

Produk Domestik Bruto (PDB) riil tahunan, dirilis setiap triwulan oleh Biro Analisis Ekonomi AS, mengukur nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi di Amerika Serikat dalam periode waktu tertentu. Perubahan PDB merupakan indikator paling populer untuk kesehatan ekonomi negara secara keseluruhan. Data dinyatakan dalam tingkat tahunan, yang berarti bahwa tingkat tersebut telah disesuaikan untuk mencerminkan jumlah PDB yang akan berubah selama satu tahun, jika terus tumbuh pada tingkat tertentu. Secara umum, pembacaan yang tinggi dipandang sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dipandang sebagai bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Rab Apr 30, 2025 12.30 (Pendahuluan)

Frekuensi: Kuartalan

Konsensus: 0.4%

Sebelumnya: 2.4%

Sumber: US Bureau of Economic Analysis

Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) merilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan untuk setiap kuartal. Setelah menerbitkan perkiraan pertama, BEA merevisi data dua kali lagi, dengan rilis ketiga mewakili pembacaan akhir. Biasanya, perkiraan pertama adalah penggerak pasar utama dan kejutan positif dilihat sebagai perkembangan positif USD sementara data yang mengecewakan kemungkinan akan membebani greenback. Pelaku pasar biasanya mengabaikan rilis kedua dan ketiga karena umumnya tidak cukup signifikan untuk mengubah gambaran pertumbuhan secara bermakna.


 

Producer Price Index (MoM) Austria: 0% (Maret)

Producer Price Index (MoM) Austria: 0% (Maret)
了解更多 Previous

Produk Domestik Bruto (Kuartalan) Austria 1Q Naik ke 0.2% dari Sebelumnya -0.4%

Produk Domestik Bruto (Kuartalan) Austria 1Q Naik ke 0.2% dari Sebelumnya -0.4%
了解更多 Next